Solo Valley Werken dibangun pada 1930-an bersamaan dengan pembuatan Waduk Pacal. Dua sistem pengendali banjir ini merupakan hibah dari Ratu Belanda Wilhelmina. Lokasinya membentang di jalur selatan, mulai Sungai Bengawan Solo di Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, hingga ke Kecamatan Baureno di perbatasan Lamongan.
Data di Dinas Pengairan Bojonegoro menyebutkan lahan Solo Valley Werken seluas 15.240.624 meter persegi. Kanal itu melewati Kecamatan Ngraho, Padangan, Kalitidu, Ngasem, Purwosari, Dander, Kapas, Sumberejo, Balen, Kepohbaru, dan Baureno. Rata-rata lebar kanal itu antara 70 hingga 100 meter dengan kedalaman 4 meter.
Namun selama lebih dari 50 tahun kanal tersebut tidak berfungsi, sehingga lahan kanal sudah banyak yang berubah menjadi permukiman warga, sawah, kebun, fasilitas umum, dan embung (penampungan air). Menurut Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Edy Susanto, pihaknya telah mendapatkan lampu hijau dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum untuk memfungsikan kanal kuno itu. "Ya, sudah ada persetujuan," ujarnya, Senin, 23 Juni 2014.
Pemerintah daerah, kata dia, segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang menempati Solo Valley Werken untuk mengosongkan lahan. Edy yakin Solo Valley Werken mampu mengurangi kekeringan di Bojonegoro bagian selatan. Sedangkan jika musim hujan, air bah Sungai Bengawan Solo bisa dipecah sehingga meminimalkan banjir.